an imagination story of @ur-safeplace
--- section # 1
04.08.2018 -- >
Kejadian ini sudah berlangsung cukup lama. Jika memang otakku masih dapat mengingatnya, mungkin sekitar 3 tahun lalu aku baru membuka sampul buku cerita, dan mulai membaca kisah ini pada lembar pertama. Layaknya buku baru, kisahku ini kumulai dengan semangat, bahkan terlalu bersemangat. Ibaratnya seorang siswi remaja yang sedang membuka novel romansa pertamanya, memorandum ini dimulai secara tiba-tiba dan hampir sulit terlupakan di penghujung prosanya.
Berawal dari perjalananku yang berkunjung ke negeri gajah putih bersama warga rumah. Minggu itu, matahari memancarkan sinarnya yang terang, bisa dibilang, kemungkinan besar si matahari sedang mengalami hari spesialnya. Namun bagiku, hari ini tetap termasuk hari yang biasa-biasa saja. Sebenarnya aku senang bisa berada di sini. Namun jujur saja, di dalam diriku ini terdapat sebuah spekulasi bahwa hari ini akan berjalan sama seperti hari kamis sekolah dimana terdapat mata pelajaran matematika di salah satu jam nya. Cukup membosankan.
Mau bagaimana lagi? hari terakhirku di Thailand harus dilalui dengan jalan pagi yang memenatkan seluruh tubuhku dari ujung kepala hingga kaki. Semua ini harus kujalani karena keinginan mama papaku yang tanpa adanya hujan atau angin, meminta kami satu keluarga besar, berbondong-bondong menyaksikan pertandingan seluncur es yang majoritas diminati oleh orang dewasa hingga lansia.Pastinya, diriku sudah beradu mulut dengan mama hingga waktu kadaluarsa. “Mengapa kita tak ke Phuket saja dengan pemandangan air jernih dan pasir putihnya? Mengapa kita tak menuju Sung Nong Nooch yang terkenal dengan keindahan panorama hijaunya? Setidaknya kita dapat ke kuil tertua atau pasar malam selagi masih ada cukup waktu untuk memijakkan kaki disana.
Segala macam rayuan dan gagasan yang kuucapkan tak dapat mengubah jawaban yang keluar dari seorang wanita yang telah membawaku ke dunia. “Tidak.” katanya singkat, padat, dan jelas bak kamus besar Bahasa Indonesia.
Seluruh keindahan kota Bangkok berhasil kuabaikan selama melakukan perjalanan ke ring seluncur. Yang ada di dalam kepala bulatku ini hanya berjuta pertanyaan ‘mengapa’ serta sebagian kecil haluanku merasakan keindahan pantai dan alam negara dengan pemerintahan kerajaan. Di dalam pusat nalar pikirku, aku merasa hari ini sangat buang-buang waktu, ditambah kagi dengan keberadaanku yang jauh dari rumah membuatku merasa rugi. Sangat rugi. Lagi-lagi perlu disayangkan, sekarang pilihanku hanya tersisa satu.
Akan tetapi, lambat-laun akupun berpikir, “Apasih yang membuat mama bisa merelakan satu harinya di negeri luar demi “memata-matai” pertandingan menari di atas es? Toh, para peserta hanya mengayunkan tubuhnya bukan? Apakah ini menarik? Tidak bagiku. Sebelum aku benar-benar terhanyut di dalamnya.
to be continued...
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
hallo semua! gimana kabarnya?
kali ini aku dateng lagi nih, bawa paketan narasi hehe..
sebenernya dari tulisan ini masih banyak banget yang harus dibenerin, tapi semoga kalian juga enjoy deh sama ceritanya.
recommendations for today :⚝ music =➮ kpop : only - leehi➮ non-kpop : can i call you tonight? - dayglow⚝ alternative universe =➮ shaka oh shaka by @adikyoshi on twitter⚝ movie =➮ kdrama : hospital playlist➮ film : raya : the last dragon⚝ novel books =➮ i am in danger - zaeem